Disuatu,
terdapat ibu yang merawat anak balitanya yang sudah menjadi yatim. Si ibu telah
ditinggal mati oleh suaminya sehingga dia harus merawat anaknya dengan seluruh
tenaga yang dikerahkan olehnya.
Si ibu
sangatlah miskin sehingga dia harus bekerja hanya untuk menafkahi anaknya yang
yatim. Perlu diketahui, bahwasanya Si ibu hanya memiliki satu mata saja dalam
istilah lain mata beliau yang satunya telah cacat atau yang lebih dikenal
dengan bermata picek.
Dan Si ibu
sangat bahagia ketika beliau telah bisa menyekolahkan anaknya dan bisa
mengantar jemput anaknya untuk pulang pergi ke sekolah.
Pada awal
mula anaknya masuk sekolah, teman-temannya selalu mengejek ibunya yang bermata
picek, “Lihat ibumu itu.. Dia bermata picek”. Akan tetapi sang anak tidak
memperdulikannya karena dia masih kecil dan belum paham.
Namun ketika
sang anak sudah mulai tumbuh besar, dia malu dengan penampilan ibunya yang
bermata picek. Lantas dia berkata kepada ibunya, “Bu.. Jangan engkau datang
lagi ke sekolah untuk menjemput dan mengantarkanku ke sekolah. Aku malu dari
teman-temanku karena penampilanmu”.
Beberapa
tahun telah terlewati.. Anaknya mulai tumbuh dewasa dan anaknya sudah
mendapatkan nilai yang bagus disekolah. Dan hal itu karena Si ibu selalu
mendidiknya dengan baik dan penuh kasih sayang. Pergilah dia untuk belajar
ketingkat yang lebih tinggi dan dia terpaksa pergi ke daerah yang jauh dari
ibunya.
Pada
akhirnya dia telah menyelesaikan studinya dan mendapatkan gelar magister. Dia
pulang ke rumah ibunya dan Si ibu sangat bahagia dengan apa yang diraih oleh
anak tercintanya. Dan pada akhirnya sang anak menjadi terkenal dan menjadi icon
untuk daerahnya.
Sang anak
pergi kembali ke tempat semula dan berpisah dengan Si ibu. Ternyata sang anak
telah menikah disana bahkan telah mendapatkan rezeki yang banyak dari Allah
berupa anak-anak dan harta. Sebelumnya, dia tidak pernah mengabari ibunya kalau
dia telah menikah. Dan memang betul, hubungan antara kedunya telah terputus
sejak lama.
Si ibu
dilanda kesedihan yang begitu lama, dia hanya bisa menangis karena telah
kehilangan kabar anak kesayangannya. Dia sudah tua namun merindukan anaknya
yang berada jauh dilupuk matanya. Hari demi hari, dia menangis dan bersedih.
Akibat rasa
rindunya yang begitu besar kepada anaknya, dia bertekad untuk mengumpulkan uang
demi bertemu dengan anaknya. Selang beberapa lama, Si ibu mengerahkan
tenaganya. Dan alhamdulillah Allah memudahkan urusannya, dan Si ibu telah
mengumpulkan harta yang cukup untuk pergi ke tempat tinggal anaknya.
Si ibu mulai
bersafar dan pada akhirnya dia telah sampai di daerah tempat tinggal anaknya.
Dia mencari-cari rumah anaknya dan pada akhirnya dia bahagia telah sampai di
depan rumah anaknya. Tak sabar ibunya bertemu dengan anak kesayangannya. Segera
ia ketuk pintu rumahnya. Dibukakanlah pintu tersebut oleh anaknya, dan ternyata
cucunya pada mennangis ketika melihat Si ibu karena takut melihat wajah nenek
tua yang bermata picek.
Sang anak
berkata kepada ibu, “Untuk sekali lagi, ibu jangan coba-coba untuk datang
kesini demi menjengukku. Karena kamu telah membuat anak-anakku menangis”.
Terkejut Si
ibu serasa petir telah menyambar dirinya. Kemudian menangislah ia
terseduh-seduh karena perlakuan anak kesayangannya yang seperti itu. Apalah
daya dia hanyalah seorang ibu tua yang bermata picek.
Si ibu
meng”iya”kan permintaan anaknya. Dia berjanji untuk tidak akan mendatanginya
lagi. Dia berjanji tidak akan mengunjungi anaknya lagi. Dan dia berjanji tidak
akan melihat anaknya lagi. Hal tersebut semata-mata karena dia ingin memenuhi
permintaan sang anak tercinta.
Pulanglah Si
ibu dengan berat hati, matanya selalu basah dan menangis. Sesampai dirumah,
kesedihannya hanya akan menambahkan penyakit yang ada pada tubuhnya. Dia
berbaring diatas kasur dengan kesedihan dan penyakit pada tubuhnya. Dan pada
akhirnya “innaa lillah wa innaa ilaihi raaji’uun” dia wafat dan meninggalkan
anak dan beberapa cucu yang merasa takut dari kepicikan matanya.
Ketika sang
anak mengetahui bahwasanya ibunya telah meninggal, dia datang untuk melihat
jenazah ibunya. Ada salah satu tetangganya yang memberikan surat wasiat dari Si
ibu untuknya.
Yang Isi:
Dari ibu
yang merindukanmu......
“Wahai
anakku.... Aku telah memaafkan seluruh kesalahanmu. Aku telah memaafkan seluruh
sikapmu untukku. Aku benar-benar menyayangimu anakku..... Dan aku sungguh
merindukanmu....
Ketika kamu
lahir di dunia ini, kamu terlahir dengan satu mata, akupun bersedih dan kasihan
melihat keadaanmu seperti itu.. Dokter bertanya kepadaku, “Tidakkah kita
melakukan operasi mata untuk anakmu? Kalau tidak, maka dia akan hidup hanya
dengan satu mata sepanjang hayatnya”. Maka akau jawab, “Iya, kita harus
melakukan operasi untuk anak kesayanganku”. Lantas dokter bertanya kepadaku,
“Namun tidak ada satupun yang mau mendonorkan matanya untuk anakmu”. Maka aku
jawab, “Aku yang akan mendonorkan mataku untuknya”.
Kenapa
anakku? Hal itu, Karena ibu tidak ingin engkau hidup dengan rasa malu hanya
karena satu mata.
Pada
akhirnya, Air mata selalu mengalir di pipinya dan menyesal karena telah
terlambat.
Pada akhir
kata.. Sebelum terlambat, jika ibumu masih berada di sisimu maka peluklah ia
sekarang juga.. Peluklah sekarang. Dan buatlah ibumu menangis dalam pelukanmu.
Ciumlah dahinya..
Salah
seorang shalih menangis terseduh-seduh di hadapan jenazah ibunya. Maka dia
ditanya, “Mengapa engkau menangis wahai fulan?”
Dia menjawab,
“Aku menangis bukan karena ibundaku telah wafat, namun tidaklah aku menangis
kecuali karena salah satu pintu surga dari pintu-pintu surga telah ditutup
untukku”.
Ya Allah..
Kumpulkan kami bersama ibu-ibu kami di surga yang engkau janjikan ya Allah.....
0 komentar:
Post a Comment